Liberalisasi dibalik Piala Dunia 2022

- 8 Desember 2022, 21:29 WIB
Ilustrasi/Pixabay/Pixel-Sepp
Ilustrasi/Pixabay/Pixel-Sepp /Pixabay/Pixel-Sepp/

Karibia punya banyak negara pulau kecil dan 37 dari mereka bergabung dalam Serikat Sepak Bola Karibia. Jika mereka memilih dalam satu blok gabungan maka itu menjadikan mereka salah satu suara paling banyak.

Baca Juga: Barusan, Sukabumi Jawa Barat Diguncang Gempa Bumi Magnitudo 5.8 SR, Getaran Hingga di Bandung dan DKI Jakarta

Dan sistem satu anggota satu suara itu masih berlaku sampai sekarang. Meski AS sudah mengeluarkan dakwaan tapi FIFA belum berubah. Sang presiden yang berkuasa penuh masih bertahan.

Sistem satu anggota satu suara masih berlaku, Sistem komite masih ada. Dan AS kelihatannya sudah tidak tertarik lagi mengajukan gugatan. Karena apa? Tebak saja siapa yang akan jadi tuan rumah Piala Dunia 2026 berikutnya.

Qatar hanya menjalankan permainan yang sudah dimainkan banyak orang. Siapa pun yang akan menang tidak akan menang secara bersih. Bahkan mungkin tidak pernah ada kemenangan yang benar-benar bersih. (Merdeka.com, 2 Desember 2022)

Baca Juga: Ini Besaran UMK Tahun 2023 11 Kabupaten Kota Provinsi Jambi

Satu alasan terbesar Qatar bisa jadi tuan rumah adalah karena Qatar dianggap memenuhi kriteria Federasi Sepakbola Internasional (FIFA) untuk menyelenggarakan pesta sepakbola dunia empat tahunan ini.

Sekadar diketahui, Qatar merupakan negara yang sangat kaya.Total PDB Qatar diketahui mencapai USD146,4 miliar (2020). Pemerintah Qatar juga membuktikan keseriusannya dengan melakukan renovasi pada 8 stadion yang mereka miliki untuk menyambut putaran final Piala Dunia 2022. (Oke Zone, 12 Juli 2022)

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Yunan Syaifullah ikut melihat apa keuntungan Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

Baca Juga: Gunung Semeru Kembali Menyemburkan Abu Tebal Setinggi 300 M di Atas Puncak

Halaman:

Editor: Herman


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x