Liberalisasi dibalik Piala Dunia 2022

- 8 Desember 2022, 21:29 WIB
Ilustrasi/Pixabay/Pixel-Sepp
Ilustrasi/Pixabay/Pixel-Sepp /Pixabay/Pixel-Sepp/

Dari segi ekonomi tidak ada hal yang menarik dengan terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.Dia mengatakan Qatar sudah menjadi pelaku ekonomi besar di wilayah Timur Tengah.

Di mana Qatar merupakan salah satu negara terkaya sebagai produsen minyak dunia.Selain itu Qatar juga memiliki pertumbuhan ekonomi 6,3 persen dan Gross Domestic Product (GDP) mencapai 176 miliar dolar AS.

Yunan mengatakan, menurut teori pembangunan, maka keputusan Qatar sebagi tuan rumah perhelatan sepak bola yang diadakan setiap empat tahun sekali ini disebut teori terbalik.

Baca Juga: Polres Tebo Perketat Pengamanan, Antisipasi Peristiwa Bom Bunuh Diri di Polsek Astana Anyar

Jika dahulu negara besar yang mendominasi perekonomi dunia, seperti Amerika Serikat dan Eropa, tapi hari ini ada tren atau kecendrungan bahwa negara-negara yang tidak diperhitungkan bisa menjadi pemain. (Kompas.com, 23 November 2022)

Banyak dari umat Islam mengapresiasi Piala Dunia Qatar ini, karena tampak nilai-nilai Islam di sana. Bahkan ada yang berkomentar, “ingin menjadi warga negara Qatar”. Umat seolah-olah melihat harapan “kemenangan Islam” pada wajah Piala Dunia Qatar di tengah arus deras islamofobia di dunia.

Baca Juga: Begini Prakiraan Cuaca di Rimbo Bujang Besok Jumat, 8 Desember 2022, Waspada Hujan Petir

Umat seakan “terpesona” karena baru pertama kalinya ada pada perhelatan Piala Dunia lantunan ayat suci Al-Qur’an (QS. Al-Hujurat ayat 13), adanya kumandang azan hingga salat berjamaah, serta ada sajadah dan buku tentang Islam.

Bahkan ada yang merilis, dari penyelenggaraan Piala Dunia Qatar ini sudah ada 558 yang mualaf (masuk Islam).

Pelarangan L9BT dan minuman beralkohol pun diterapkan di Qatar, sebab sebelum Piala Dunia pun Qatar memiliki kebijakan bebas alkohol dan L9BT.

Halaman:

Editor: Herman


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x