"Kalau prediksi kami ya karena sampah dan daun itu penyebabnya air sungai kami jadi hitam. Itu juga yang menyebabkan kami semua mengalami gatal-gatal," katanya.
Baca Juga: Orang Rimba di Tebo Jambi Jadi Tersangka Kasus Asusi1a, Sempat Ditahan Polisi dan Disidang Adat
Malenggang mengaku jika warganya sudah sering berobat ke puskesmas dan rumah sakit. Namun tidak ada perubahan, mereka tetap mengalami gatal-gatal.
"Anak-anak, dewasa sampai yang tua. Semua kena gatal-gatal. Padahal sudah berobat sana-sini, tak sembuh-sembuh juga," keluh dia.
Baca Juga: Ini Orang Rimba Pertama yang Melahirkan Anak Pertama Melalui Operasi Caesar di RSUD STS Tebo
Hal yang sama juga dikatan warga Lubuk Mandarsah Kecamatan Tengah Ilir Kabupaten Tebo, Dedi Irvado. Dia mengaku melihat langsung jika sampah dan daun dari hasil pemanenan kayu eukaliptus tersebut banyak yang masuk kedalam ke sungai.
"Mungkin itulah penyebab penyakit gatal-gatal yang menimpa masyarakat disana karena air sungai yang mereka gunakan tercemar sampah dan daun bekas panen pohon eucaliptus," ujarnya.
Informasi yang dirangkum OkeTebo.com, saat ini PT WKS tengah melakukan pemanenan kayu eukaliptus milik perusahaan tersebut.
Namun belum diketahui apakah limbah atau sampah dan daun bekas pemanenan telah mencemari air sungai hingga berdampak pada kesehatan masyarakat hukum adat Suku Anak Dalam kelompok Temenggung Apung. (Fir)