Ade Armando; Tragedi Ini Disebabkan Oleh Suporter Arema yang Sombong, Panitia yang Nakal

- 4 Oktober 2022, 14:49 WIB
Ade Armando
Ade Armando /

OKETEBO.com - Tragedi BRI Liga 1 Stadion Kanjuruhan yang memilukan atas kerusuhan yang mengakibatkan korban jiwa berjatuhan labih dari 100 orang.

Atas tragedi BRI Liga 1 di Stadion Kanjuruhan presidenpun meminta agar pihak yang berwenang mengusut tuntas kejadian yang menelan korban jiwa tersebut.

Tragedi kerusuhan BRI Liga 1 Kanjuruhan mendapat kritikan pedas dari Ade Armando terhadap suporter yang turun ke lapangan.

Ade Armando menjelaskan bahwa pangkal kejadian adalah kelakuan sebagian superter Arema yang menyerbu lapangan.

Baca Juga: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Wilayah Jambi Dan Sekitarnya, Selama Dua Hari Ini Sampai 05 Oktober 2022

Baca Juga: Putusan Sela Pengadilan Negeri Bungo Dinilai Ganjil, Pihak Penggugat Kecewa

"Mereka sombong, menantang, merusak dan menyerang," sebut Ade Armando melalui kanal YouTube COKRO TV dan dikutip oketebo.com yang di unggah pada 3 Oktober 2022.

"Gara-gara merekalah tragedi itu terjadi," tambahnya.

Sebelumnya Ketua forum superter indonesia Richard Achmad Supriyanto menyatakan bahwa kejadian tersebut disebabkan oleh tindakan represif aparat keamanan, dan meminta pihak DPR untuk mengevaluasi kinerja Kepolisian Republik Indonesia.

Richard juga meminta Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat ikut bertanggung jawab atas tragedi tersebut.

Hal ini ditepis oleh Ade Armando, seolah ada upaya sengaja untuk mengarahkan telunjuk pada pihak kepolisian.

"Nampaknya ada upaya sengaja untuk mengarahkan teunjuk kepada pihak kepolisian," menurut Ade Armando.

Baca Juga: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Wilayah Gorontalo Dan Sekitarnya, Selama Dua Hari Ini Sampai 05 Oktober 2022

Baca Juga: Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Wilayah Banten Dan Sekitarnya, Selama Dua Hari Ini Sampai 05 Oktober 2022

Ade Armando juga menegaskan bahwa tidak adanya pihak Kepolisian melakukan pemukulan, penembakan bahkan penganiayaan terhadap suporter Arema.

Bahkan Ade juga mengatakan bahwa, dalam kapasitasnya FIFA melarang penggunaan Gas Air Mata dalam stadion.

Dikatakannya lagi, ketika Polisi menggunakan gas air mata hal ini sesuai dengan protap, saat mengendalikan kerusuhan yang mengancam jiwa.

Ade juga menyatakan bahwa ketika gas air mata yang ditembakkan membuat suporter berlarian dan panik, namun pada saat keluar stadion, panitia belum sempat membukakan pintu.

Hal inilah yang membuat suporter atau penonton menjadi berdesakan, sehingga saling dorong bahkan terinjak-injak, pertanyaannya bagaimana dengan pintu lain yang sudah dibuka, sementara pintu dilokasi tragedi belum terbuka.

Baca Juga: Pemerintah Kabupaten Tebo Dukung Kegiatan KolaborAksi Laksanakan Tebo Expo 2022 Secara Mandiri

Baca Juga: Pernah Alami Oli Kering Saat Berkendara, Pengguna Lupromax Jalankan Kendaraan Sejauh 283 km Tanpa Oli

Ade Armando kembali menegaskan bahwasanya yang menjadi pangkal masalah adalah suporter Arema yang sok jagoan yang melanggar semua peraturan dalam stadion.

"Dengan gaya preman masuk lapangan, petentengan," tegasnya lagi.

Pihak kepolisian pada awalnya meminta kepada panitia agar jadawl pertandingan dimajukan menjadi pukul 15.30 wib, namun pihak panitia bersikukuh tetap akan menyelenggarakan pertandingan pada pukul 20.00 wib

Armando juga menyebutkan bahwa panitia juga nakal, pasalnya pihak keamanan meminta agar panitia membatasi jumlah penonton sesuai kapasitas stadion sebanyak 38 ribu penonton.

Namun ulah kenakalan panitia, tetapi panitia mencetak tiket mencapai 42 ribu, bahkan penonton yang masuk diduga melebihi 42 ribu orang.

Baca Juga: Tragedi BRI Liga 1 Telan Korban Nyawa, Rohman; Saya Siap Ceritakan Tragedi Kanjuruan

Menurut Armando, suporter Arema tidak mau menerima kekalahan, menurut Armando permaian yang berlangsung cukup fair, keputusan-keputusan wasit yang tidak meragukan.

Bahkan para pemain Arema pun bermain dengan penuh semangat, saat kedudukan 2-2 antara Arema melawan Persebaya, hingga kedudukan menjadi 2-3.

Skor tersebut dianggap menyakitkan karena selama ini Arema selama 23 tahun melawan Persebaya tidak pernah kalah.

Ade Armando juga mengatakan seharusnya hal ini ditanggapi biasa-biasa saja atas kekalahan tersebut, ini malah sebaliknya.

Sehingga saat pertandingan usai, suporter Arema dikit demi sedikit memasuki lapangan, memang tidak jelas apa yang akan dilakukan.

Yang jelas para suporter di lapangan saat itu mengelilingi official Arema dan para pemain, tambah Ade Armando.***

Editor: Herman


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah