Gerakan Seniman Masuk Sekolah Sentuh SD Negeri 115 Sungai Alai, Angkat Cerita Tentang Bukit Tigapuluh

9 Agustus 2022, 13:44 WIB
Rizki Niko Wahyuni saat melatih drama di SD Negeri 115 Sungai Alai. /Iyal/

OkeTebo.com - Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) program dari Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan (Kemendikbud) Tahun 2022, telah berlangsung sejak beberapa bulan yang lalu.

Program yang menyasar ke sekolah-sekolah ini, juga menyentuh sekolah di wilayah Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi.

Melalui Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Tebo, Kemendikbud menunjuk sejumlah sekolah yang menerima progam tersebut. Salah satunya SD Negeri 115 Sungai Alai, di Desa Sungai Alai Kecamatan Tebo Tengah.

Baca Juga: Kurangi Aktifitas Anak Bermain Smartphone, Kepala Sekolam MTs Negeri 1, Ridwan Prioritaskan Ekstrakurikuer

Baca Juga: Ini Giat Gubernur Jambi Pada Selasa, 9 Agustus 2022

Baca Juga: Beralih Fungsi, Kawasan Perumahan Suku Anak Dalam Menjadi Kebun Sawit

Disdikbud Kabupaten Tebo juga menempatkan Rizki Niko Wahyuni sebagai pendamping sekaligus pelatih GSMS di sekolah tersebut.

Di sekolah ini, Rizki Niko Wahyuni yang diketahui seniman pertunjukan tengah menggarap drama tentang cerita rakyat Kabupaten Tebo, yakni Bukit Tigapuluh.

Drama ini menceritakan tentang sepasang suami istri yang hidup rukun dan damai. Sang suami bernama Datuk Marudum Sati dan sang suami bernama Saya Bentan.

Mereka memiliki tujuh orang anak laki-laki (putra) dan tujuh orang anak perempuan (putri).

Anak laki-laki dari pasangan suami istri ini adalah Bujang Selamat, Sampuraga, Datuk Seluncur Bukit, Sitimba Laut, Datuk Meriang Sati, Datuk Hitam Tonggak Ditenang dan Datuk Kilat Senja.

Sementara, anak perempuan yakni Si Anam, Putri Mayang Mengurai, Putri Pinang Masak, Putri Rembam Padang, Putri Rembam Payung, Putri Layang Bunga Mas dan Putri Bungsu.

Pada cerita ini, Keluarga Datuk Marudum Sati turun dari kayangan dengan membawa sebatang pohon Beringin sant sebilah keris. 

Pohon Beringin tersebut ditanamkan di daerah Laut Siumbul. Pada zaman itu, Laut Siumbul belum ada daratan. Namun setelah ditanam pohon Beringin barulah timbul daratan. 

Setelah daerah ini berkembang dari sebatang pohon Beringin itu, maka berkembang pula menjadi Daratan, dan pohon beringin pun semakin hari semakin berkembang dan menjadi besar. 

Lalu keluarga Datuk Marudum Sati bersama anak-anaknya membuat kapal dari kulit Kayu Beringin itu. Kapal tersebut digunakan anak-anaknya untuk merantau ke negeri lain.

Waktu berlalu hingga suatu hari anak-anak Datuk Marudum Sati pulang dari merantau. 

Sayangnya, karena begitu lama di perantauan, anak-anaknya tidak mengakui Datuk Marudum sebagai orang tua mereka.

Hanya si Bungsu anak perempuan mereka yang mengakui jika Datuk Marudum Sati adalah orang tuanya.

Setelah pengakuan itu timbullah bencana bagi mereka, dimana saat akan berlabuh keluarlah akar-akar kayu pada kapal tersebut yang disebut akar kelapat. 

Akar tersebut menarik-narik mereka sehingga hingga membuat kapal tenggelam. 

Dari beberapa serpihan kapal tersebut tersebar ke Bukit Tigapuluh dan dua dari gelombang Laut. Maka terjadilah Daerah Bukit Tigapuluh dan Sekoci kapal terlempar ke Bukit Siguntung. Dan anak bungsu sampai anak tunggalnya terlempar ke Daerah Bukit Lapat.

Di Bukit Lapat tersebut ada sungai yang bernama sungai Gangsal (Batang Gangsal). Dari batang Gangsal ingada kampung yang bernama Si Ambul, dan dari tempat inilah berkembangnya Suku yang bernama Suku Talang Mamak.

"Sumber cerita ini dari Suara Merdeka, Edisi 08 Tahun 1. Para pemainnya adalah siswa dan siswi SD Negeri 115 Sungai Alai," kata Rizki Niko Wahyuni.

Dia bilang, hasil pelatihan ini nantinya akan ditampilkan atau dipentaskan. Waktu penampilan nantinya dijadwalkan oleh Disdikbud Kabupaten Tebo. "Sekarang kita lagi fokus latihan. Nanti dikabarin saat mau pementasan," katanya. (Oke1)

Editor: Syahrial

Tags

Terkini

Terpopuler