Khutbah Jum'at, 17 Maret 2023, M. Masruri; Sambut Ramadhan dengan Ilmu

- 17 Maret 2023, 13:59 WIB
Sholat Jumat, 17 Maret 2023 Masjid Tauladan Sumber Sari
Sholat Jumat, 17 Maret 2023 Masjid Tauladan Sumber Sari /Herman/

Khutbah Jumat

SAMBUT RAMADHAN DENGAN ILMU

Oleh. Uztadz M. Masruri, M.Pd.I

 

Ayat
Ayat

 


Jamaah Jum‟at yang dirahmati Allah SWT

Tidak lama lagi, kita akan memasuki gerbang Ramadhan 1444 H. Oleh karena itu mari kita sambut bulan Ramadan dengan rasa gembira. Sebagaimana hadis rasulullah SAW.

Artinya :Barang siapa senang dengan datangnya bulan Ramadan, maka dijauhkan dari siksa api neraka.

Ibadah puasa memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh ibadah- ibadah yang lain. Di antaranya dalah seperti yang disabdakan oleh Baginda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam :

 Maknanya: “Setiap amal baik anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu kebaikan balasannya adalah sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ta‟ala berfirman (dalam hadits qudsi): “Kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa itu milik-Ku dan Aku langsung yang akan membalasnya, orang yang berpuasa meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku” (HR Muslim).

Baca Juga: Sepasang Kekasih Bukan Suami Istri Terjaring Operasi Pekat Siginjai 2023 Polresta Jambi

Baca Juga: Baca Info: Pasaman Barat Sumbar Dua Kali Diguncang Gempa Bumi Hari Ini

Dalam hadits di atas disebutkan bahwa puasa adalah milik Allah. Kenapa puasa disebut secara khusus sebagai milik Allah? Padahal semua kebaikan dan seluruh ibadah pada hakikatnya adalah milik Allah. Imam an Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan
bahwa yang dimaksud karena puasa adalah ibadah yang jauh dari niat riya‟ (melakukan ketaatan bukan karena Allah, tapi karena ingin mendapatkan pujian dari sesama hamba).

Ketika seseorang sedang berpuasa, tidak ada seorang pun yang mengetahuinya kecuali Allah dan diri orang yang berpuasa itu sendiri. Berbeda dengan ibadah-
ibadah lain yang tampak dan bisa dilihat oleh banyak orang, ibadah puasa tidaklah tampak dan tidak dapat ditampakkan kepada orang lain kecuali dengan ucapan dari pelakunya bahwa ia sedang
berpuasa.

Tidak bisa dibedakan antara orang yang tidak makan karena diet dengan orang yang tidak makan karena berpuasa. Orang yang sedang berpuasa, sangat mudah baginya menyelinap ke dapur untuk makan dan minum, misalkan, lalu keluar dari dapur dan menampakkan diri seakan-akan ia masih berpuasa.

Kenapa hal itu tidak ia lakukan?. Karena tujuannya bukan ingin mendapatkan pujian dari sesama hamba. Yang dia harapkan semata-mata hanyalah ridha Alah ta‟ala.

Baca Juga: Gubernur Jambi Pergoki Angkutan Batu Bara Melintas di Siang Hari

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah

Dikatakan dalam hadits yang di atas, bahwa Allah-lah langsung yang akan membalas ibadah puasa. Kenapa puasa dikhususkan sebagai ibadah yang dibalas langsung oleh Allah padahal hakikatnya Allah-lah yang membalas semua kebaikan? Jika kebaikan yang lain disebutkan pelipatgandaan pahalanya menjadi sepuluh hingga tujuh ratus, pahala puasa adalah pengecualian.

Imam an Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan, hal itu dikarenakan begitu besarnya pahala puasa dan begitu agung keutamaannya. Hanya Allah yang tahu seberapa besar pelipatgandaan pahala bagi orang yang berpuasa.

Baca Juga: Pemprov Jambi Bakal Bagikan 88.000 Bibit Sawit Gratis, Ini Syaratnya

Dengan melakukan puasa, seseorang bisa jadi dibebaskan secara total dari siksa api neraka. Akan tetapi, meskipun ibadah puasa memiliki kekhususan tertentu, para ulama menegaskan bahwa perbuatan yang paling utama setelah iman adalah shalat lima waktu.

Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah.

Ibadah puasa telah diwajibkan oleh Allah SWT, Sebagaimana Firmannya dalam Qur'an yang artinya.

"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa"

Baca Juga: Satu Perkara di Kejari Bungo Dihentikan Kejagung

Puasa Ramadhan termasuk ma’lûm minaddîn bidl-dlarûrah. Artinya, hukum wajibnya puasa Ramadhan diketahui oleh semua lapisan, baik ulama maupun orang-orang awam. Karenanya, orang yang mengingkari hukum wajibnya puasa Ramadhan, maka ia kafir, kecuali orang yang baru masuk Islam. Atau orang muslim,tapi ia
tinggal di daerah pedalaman yang jauh dari para ulama. Sedangkan orang yang tidak berpuasa Ramadhan tanpa sabab syar'i (sebab yang dibenarkan oleh syariat), dan ia meyakini wajibnya puasa Ramadhan, maka ia tidak kafir, tapi termasuk pelaku dosa besar (fasiq). Ia
diwajibkan mengqadha (mengganti) puasa yang ia tinggalkan.

Baca Juga: Kejari Tebo Buka Konsultasi Hukum Gratis Melalui Aplikasi Halo JPN, ini Caranya

Saudara-saudaraku rahimakumullah

Sebelum kita melakukan perkara apa pun, termasuk puasa Ramadhan, maka kita diwajibkan untuk mengetahui ilmunya. Wajib bagi kita untuk mengaji dan mempelajari syarat sah puasa, syarat wajib puasa, rukun puasa, perkara yang membatalkan puasa dan hal- hal lain yang berkaitan dengan puasa.

Imam al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari menyebutkan salah satu bab dengan judul Bab al ‘Ilmi Qabla al Qaul wa al ‘Amal. Hal ini menunjukkan bahwa kita diwajibkan untuk mempelajari ilmu terkait dengan apa yang akan kita ucapkan dan apa yang akan kita perbuat.
Menjelang Ramadhan, marilah kita mempelajari ilmu yang
berkaitan dengan puasa dan berbagai ibadah yang akan kita lakukan selama Ramadhan. Jangan sampai kita tergolong sebagai orang-orang yang disebutkan dalam sabda Baginda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.

Baca Juga: Gempa Bumi Terkini Terjadi di Pandeglang Banten, BMKG: Informasi Mengutamakan Kecepatan


Maknanya: “Betapa banyak orang yang menghidupkan malam dengan ibadah tapi ia tidak mendapatkan apa-apa dari ibadahnya kecuali begadang (tidak tidur di malam hari), dan betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga” (HR Ibnu Majah, an Nasa‟i, Ibnu Hibban dan lainnya) Seseorang yang melakukan puasa lalu tidak mendapatkan apa-apa kecuali rasa lapar dan dahaga, bisa jadi karena akidahnya tidak benar, niatnya tidak benar atau tata caranya tidak benar.

Akidah yang benar, niat yang benar dan tata cara melakukan puasa dengan benar, ketiganya itu tidak dapat diketahui kecuali dengan belajar dan mengaji
ilmu agama.

Hadirin yang dirahmati Allah

Demikianlah khutbah singkat ini, sebagai kesimpulan mari kita persiapkan ilmu agama kita dalam rangka menyambut bulan Ramadan, terutama dengan mengetahun ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ibadah puasa, agar puasa kita diterima oleh Alah swt dan ibadah puasa kita nantinya menjadi penyebab kita dimasukkan dalam
surga Allah SWT. Amin yaa robbal alamin.

Baca Juga: Baca Info BMKG: Gempa Bumi Terjadi di Jembrana Bali Pada Kamis, 16 Maret 2023

Timbangan-timbangan kebaikan untuk mendapatkan surganya Allah SWT. Amin

Ayat
Ayat

 

Editor: Herman


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x